Minggu, 25 Desember 2016

Konsep dan Ragam Kecerdasan


BAB I
PENDAHULUAN

1.1        Latar Belakang Masalah
Setiap anak didunia ini memiliki berbagai kecerdasan dalam tingkat dan indikator yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa semua anak, pada hakikatnya adalah cerdas. Perbedaan kecerdasan diantara peserta didik tersebut  menuntut cara berpikir pendidik yang adil.
Dewasa ini banyak para pendidik yang kurang perhatian dalam mempelajari perkembangan kecerdasan peserta didik yang sebenarnya sangat berguna demi kelancaran proses pembelajaran. Dengan kurang fahamnya pendidik dengan pola perkembangan kecerdasan peserta didiknya dikhawatirkan akan terjadi beberapa hambatan bagi peserta didik seperti kurang memahami materi dalam proses pembelajaran. Pendidik perlu bertanya pada diri sendiri berkaitan dengan kecerdasan peserta didiknya. Pertanyaan yang dapat timbul antara lain apakah pendidik telah menggunakan cara berpikir yang benar saat mengajar peserta didik?
Pendidik yang baik mampu mendeteksi kecerdasan peserta didik dengan cara mengamati perilaku, kecenderungan, minat, dan lain-lain. Semua indikator kecerdasan dapat dikenali yang kemudian dapat dibuat profil kecerdasannya.
Oleh karena itu, dengan adanya masalah tersebut, dalam makalah ini akan diuraikan mengenai konsep dan ragam kecerdasan  serta strategi pembelajaran yang memfasilitasi perkembangan kecerdasan peserta didik.

1.2        Rumusan masalah
1.      Menjelaskan konsep dan ragam kecerdasan (IQ,EQ,SQ) ?
2.      Apa saja strategi pembelajaran untuk meningkatkan kecerdasan peserta didik ?
3.      Bagaimana implikasi perkembangan kecerdasan peserta didik dengan bidang studi fisika?
1.3        Tujuan penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.      Mengetahui konsep dan ragam kecerdasan (IQ,EQ,SQ)
2.      Mengetahui strategi pembelajaran untuk meningkatkan kecerdasan anak didik
3.      Mengetahui dan mempelajari implikasi kecerdasan dengan bidang studi fisika
1.4        Sistematika Penulisan
Bab I      Pendahuluan
1.1    Latar Belakang Masalah
1.2    Rumusan Masalah
1.3    Tujuan Penulisan
1.4    Sistematika Penulisan
Bab II   Pembahasan
Bab III  Kesimpulan dan Saran
3.1  Kesimpulan
3.2  Saran
Daftar Pustaka






BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Konsep Kecerdasan
Apa itu kecerdasan?
Kecerdasan berasal dari kata dasar “cerdas” yang menurut kamus besar bahasa Indonesia yang memiliki arti “sempurna perkembangan akal budinya (untuk berpikir,mengerti,dan lain sebagainya).
Di ibaratkan si otong dalam dunia pendidikan lebih di fokuskan dalam pembelajaran akademik, tetapi dalam lingkungannya ia lebih cenderung menutup diri. Sedangkan si mamat juga focus dalam pembelajaran akademik,tetapi ia juga aktif dalam organisasi dan lingkungan social masyarakatnya,serta dalam bidang olahraga. Prestasi akademik mereka sama, tetapi dalam interaksi sosialnya si mamat lebih baik, sehingga ia diberi tanggungjawab untuk mengetuai suatu organisasi.
Dalam ilustrasi di atas, kita dapat jelaskan bahwa kecerdasan itu bukan hanya dari belajar tetapi juga dalam hal-hal lain seperti lingkungan,cara berinteraksi,dan lainnya.
Menurut Thomas alfa Edison “ genious=1% inspiration, but 99% is perspiration (seorang yang jenius adalah 1% inspirasi tetapi 99%  dicapai melalui usaha)”. Dari ungkapan tersebut,jika seseorang ingin mencapai kesuksesan ia tidak hanya memiliki impian (tujuan) tetapi juga ia harus berusaha.
Kecerdasan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembelajaran dan kehidupan. Tanpa adanya kecerdasan kita akan sulit mencapai apa yang kita inginkan.
Berkaitan dengan berbagai jenis kecerdasan,seorang psikolog howard gardner menunjukkan bahwa ada 8 jenis kecerdasan yang kemudian menghasilkan teori tentang multiple intellegences atau kecerdasan majemuk. Kedelapan jenis kecerdasan itu adalah :
1.                     Kecerdasan verbal-linguistik
Gardner mengemukakan bahwa kecerdasan linguistik adalah kemampuan menggunakan bahasa untuk menyatakan gagasan tentang dirinya dan memahami orang lain serta untuk mempelajari kata-kata baru atau bahasa lain.
Sedangkan Armstrong memerinci lebih lanjut bahwa kecerdasan linguistik meliputi kemampuan menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun secara tertulis.
Lazear yang mengemukakan bahwa kecerdasan linguistik berkaitan dengan puisi, cerita (dongeng) dan pembuatannya, humor dan bermain kata, termasuk juga metapora, peribahasa dan analogi termasuk juga belajar tata bahasa dan sintak secara lisan maupun tulisan.
Lazim dijumpai pada:
Novelis, penyair, penulis iklan, sutradara film, penulis naskah, politisi, editor, pembawa acara, pelawak, jurnalis, pidato, orator, dai dan lain-lain
Ciri yang menonjol:
Sensitive terhadap pola, teratur ,sistematis, mampu beragumentasi, suka membaca, suka mendengarkan, suka bermain kata, punya ingatan tajam dalam hal-hal sepele, pembicara publik, jago debat dan suka menulis.
Cara mudah dalam belajar:
Bercerita, permainan kosa kata, wawancara,padukan menulis dan membaca,debat,diskusi,gunakan tulisan jurnal,buat edit majalah dinding,permainan ingatan.

2.                     Kecerdasan matematis-logis
Gardner mengemukakan bahwa kecerdasan logika matematis adalah kemampuan untuk memahami dasar-dasar operasional yang berhubungan dengan angka dan prinsip-prinsip serta kepekaan melihat pola dan hubungan sebab akibat serta pengaruh.
Armstrong mengemukakan kecerdasan logika matematis berkenaan dengan kemampuan menggunakan angka dengan baik dan melakukan penalaran yang benar.
Lazim dijumpai pada:
Ahli matematika, fisika, kimia, ilmuwan, detektif, polisi, pengacara,  akuntan dan lain sebagainya.
Ciri yang menonjol:
Suka berpikir abstrak,kecermatan dan ketetapan menjadi hal utama,suka berhitung,menggunakan struktur logis,suka memecahkan masalah,dan mencatat secara teratur.
Cara mudah belajar:
Melakukan permainan berhitung,analisis dan interpretasikan data,menggunakan logika,menggunakan predisi,memadukan matematika dengan mata pelajaran lain,dan menyelesaikan segala sesuatu secara bertahap.

3.                     Kecerdasan visual-spasial
Gardner menyatakan bahwa kecerdasan spasial adalah kemampuan untuk membentuk suatu gambaran mental tentang tata ruang atau menghadirkan dunia mengenai ruang secara internal di dalam pikirannya (mind).
Lazear mengemukakan bahwa kecerdasan spasial berkenaan dengan daya imajinasi yang ditunjukkan dalam bentuk lamunan (khayalan) .
Umumnya dimiliki oleh:
Arsitek, pelukis, pemahat, navigator-pilot, naturalis, fisikawan, tentara, desainer, ahli strategi perang dan sebagainya.
Ciri yang menonjol:
Berpikir dengan gambar, melukis, memahat, membaca peta, melihat warna dan menghasilkan citra mental.
Cara mudah dalam belajar:
Gunakan gambar,buat coretan dan symbol,sediakan media gambar,padukan seni dengan mata pelajaran lain,gunakan peta pikiran, lakukan visualisasi, belajar melalui video, buat poster, berpindah-pindah ruangan untuk mendapatkan perspektif dan tandai dengan warna.
4.                     Kecerdasan ritmik-musical
              Kecerdasan musical didefinisikan sebagai kemampuan menanggani bentuk-bentuk musical.
Lazim di jumpai pada:
Pemain sansiwara, konduktor, pembuat instrument music dan lain sebagainya.
Ciri yang menonjol:
Sensitive terhadap nada, irama, kekuatan emosi musik, dan susunan musik yang rumit.
Cara mudah dalam belajar:
Bermain alat music, belajar lewat lagu,belajar diiringi music, mengarang atau menciptakan lagu dan lain sebagainya.
5.                     Kecerdasan kinestetik
Kecerdasan kinestetik didefinisikan sebagai kemapuan menggunakan seluruh tubuh(fisik) untuk mengekspresikan ide dan perasaan (dalam bentuk berpantomim,menari,berolahraga) dan keteranpilan menggunakan tangan untuk menciptakan atau mengubah sesuatu (membuat kerajinan,membuat patung,menjahit). Kecerdasan kinestetik berarti belajar serta berpikir dengan tubuh. Kecerdasan ditunjukkan dengan ketangkasan tubuh dalam memahami perintah otak.

Biasanya ditemukan pada:
Penari, aktor, atlet, ahli bedah dan olahragawan.
Ciri yang menonjol:
Memiliki daya control tubuh yang luar biasa,respon yang terlatih,mahir dalam kerajinan tangan, belajar efektif dengan bergerak,belajar dengan melibatkan diri dalam proses belajar dan refleks yang sempurna.
Cara mudah dalam belajar:
Gunakan latihan fisik yang menggunakan diri sendiri sebagai objek,gunakan model dalam proses belajar seperti mesin,lego,kerajinan tangan,dan origami,serta reflex yang sempurna.
6.                  Kecerdasan interpersonal
Kecerdasan interpersonal didefinisikan sebagai kemampuan mempersepsi dan membedakan suasana hati, maksud, motivasi, serta perasaan orang lain, serta kemampuan memberikan respon secara tepat terhadap suasana hati,temperamen,motivasi,dan keinginan orang lain. Dengan kemampuannya,anak yang cerdas interpersonal dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain,menagkap maksud dan motivasi orang lain bertindak sesuatu (bahkan yang tidak dikatakan),serta mampu memberikan tanggapan yang tepat sehingga orang lain merasa nyaman.
Biasanya ditemukan pada:
Politisi, guru, dokter, penasihat, publik relasi, orang yang senang bergaul.
Ciri yang menonjol:
Kemampuan negosiasi yang tinggi,mahir dalam berhubungan dengan orang lain,mampu membaca perasaan dan keinginan orang lain,suka bekerja sama,memiliki jaringan persahabatan yang banyak,dan mampu membaca situasi sosial dengan baik.
Cara mudah dalam belajar:
Lakukan aktivitas belajar bersama, gunakan keterampilan berhubungan dan komunikasi, belajar dalam tim dan jadikan proses belajar yang mengasikan.
7.                     Kecerdasan intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal dapat didefinisikan sebagai kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut.kecerdasan intrapersonal merupakan akses menuju kehidupan emosional seseorangdan kemampuan membedakan emosi,pengetahuan akan kekuatan dan kelemahannya sendiri.
Biasanya ditemukan pada:
Filsuf, penasihat, orang tua yang bijak dan lain sebagainya.
Ciri yang menonjol:
Sadar diri, sensitive terhadap nilai diri, tujuan hidup,perasaan diri, memiliki kemampuan pengendalian diri yang baik, motivasi diri yang baik dan sadar akan kekuatan dan kelemahan diri.
Cara mudah dalam belajar:
Lakukan pembelajaran dari hati ke hati, beri waktu untuk refleksi diri, ajarkan bertanya, ajarkan penguasaan diri, diskusikan dan refleksikan apa yang dialami dan dirasakan.
8.                     Kecerdasan intuitif-natural
Kecerdasan naturalis didefinisikan sebagai keahlian mengenali dan mengkategorikan spesies,baik flora dan fauna,di lingkungan sekitar,dan kemampuan mengolah dan memanfaatkan alam,serta melestarikannya.
Lazim ditemukan pada:
Pengusaha, pialang bursa saham dan lain sebagainya.
Ciri yang menonjol;
Suka spontanitas, senang mencoba segala sesuatu, pengambil resiko, dapat menguntungkan banyak orang dan lain sebagainya.
Cara mudah belajar:
Belajar diluar kelas, belajar sambil bepergian ke suatu tempat, belajar praktis dan menantang.



2.2    Ragam Kecerdasan
2.2.1   Kecerdasan Intelektual ( IQ )
Kecerdasan Intelektual adalah jenis kecerdasan yang mampu bekerja mengukur kecepatan, mengukur hal-hal yang baru, menyimpan dan meingat kembali informasi objektif serta berperan aktif dalam menghitung angka dan lain sebagainya.
Kecerdasan intelektual biasanya diasumsikan sebagai kemampuan yang terkait dengan pengetahuan di sekolah, karena itu seseorang yang kurang beruntung memperoleh pendidikan disekolah bisa jadi memperoleh skor IQ yang rendah. Padahal bisa jadi yang berpendidkan rendah memiliki IQ yang lebih tinggi disbanding dengan yang berpendidikan lebih tinggi.
Ukuran tinggi rendahnya IQ, menurut Sukmadinata dapat diketahui melalui skor hasil tes IQ sebagai berikut :
a.       140 – keatas = jenius ( 0,25%)
b.      130 – 139     = sangat cerdas ( 0,75% )
c.       120 – 129     = cerdas ( 6,00% )
d.      110 – 119     = diatas normal  (13,00%)
e.       90 – 109       = normal ( 60% )
f.       80 – 89         = dibawah normal ( 13,00% )
g.      70 – 79         = bodoh ( 6,00% )
Menurut pandangan tertentu, konsep tentang IQ ini hanya berkisar pada kecakapan linguistik dan matematika yang sempit. Pandangan tentang pengukuran IQ juga dianggap sebagai salah satu ukuran terpenting dalam menentukan kemungkinan sukses seseorang, ternyata belum tentu sukses dan belum tentu hidup bahagia.
Orang yang ber IQ tinggi tetapi karena emosinya tidak stabil, maka seringkali keliru dalam menentukan dan mememecahkan persoalan hidup karena tidak dapat konsentrasi. Sebagai akibatnya mereka mengalami kegagalan

2.2.2   Kecerdasan Emosional ( EQ )
Kecerdasan emosional merupakan kemapuan memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir dan berempati.
Menurut pandangan Salovey, seperti yang dilansir oleh Goleman, bahwa didalam kecerdasan emosional terdapat wilayah utama:
1)      Pengenalan perasaan diri
2)      Pengelolaan emosi diri
3)      Memotivasi diri
4)      Empati
5)      Sosial skill

2.2.3   Kecerdasan Spiritual ( SQ )
Kecerdasan spiritual dapat dimaknai sebagai kemampuan hati nurani yang lebih bermakna disbanding dengan semua jenis kecerdasan yang ain, karena kecerdasan spiritual ini merupakan kemampuan menempatkan segala perilaku dan hidup dalam konteks kebermaknaan yang lebih luas.
SQ tidak mesti berhubungan dengan agama. Bagi sebagian orang SQ mungkin menemukan cara pengungkapan melalui agama formal, tetapi beragama tidak menjamin SQ tinggi. Banyak orang yang humanis dan atheis memiliki SQ sangat tinggi; sebaliknya, banyak orang yang aktif beragama memiliki SQ sangat rendah. Beberapa penelitian oleh psikolog Gordon Allport, lima puluh tahun silam, menunjukkan bahwa orang memeliki pengalaman keagamaan lebih banyak diluar batas-batas arus utama lembaga keagamaan daripada didalamnya.
Pengintegrasian ketiga kecerdasan tersebut disebut meta kecerdasan. Meta kecerdasan ini amat diperlukan,karena kecerdasan intelektual yang tinggi sekalipun dianggap penting,belum tentu sukses dan bahagia dalam hidupnya. Oleh karena itu,diperlukan kecerdasan emosional yang dapat mengenali berbagai persaan yang positif (menyenangkan) dan negative (tidak menyenangkan),mengubah suatu perasaan negative menjadi positif,serta mampu melakukan hubungan sosialdan empati terhadap pihak lain.
Kecerdasan intelektual dan emosional tersebut,secara fungsional masih belum memadai jika dihadapkan pada kebutuhan untuk hidup secara bermakna dalam konteks ibadah. Karena itu,diperlukan bantuan kecerdasan spiritual sebagai landasan dan pemberian makna spiritual bagi pemikiran,perasaan dan perilaku manusia.
Pengintegrasian kecerdasan intelektual,emosial,dan spiritual pada prinsipnya mengikuti pola tawaf alam semesta,dengan meletakkan spiritual quotient sebagai pusat orbit,sedangkan emotional quotient dan intelligence quotient bergerak mengelilinginya.
2.3.      Strategi pembelajaran
2.3.1    Pengertian strategi pembelajaran
Dick dan Carey mengatakan, “Strategi pembelajaran adalah komponen umum dari suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang akan digunakan secara bersama-sama.” Terdapat 5 komponen strategi pembelajaran yakni (1) kegiatan pembelajaran pendahuluan, (2) penyampaian informasi, (3) partisipasi peserta didik, (4) tes, (5) kegiatan lanjutan.
2.3.2    Klasifikasi strategi pembelajaran
1.  Strategi pembelajaran langsung
Yaitu pembelajaran yang banyak diarahkan oleh guru. Kelebihannya adalah mudah untuk direncanakan dan digunakan sedangkan kelemahannya dalam mengembangkan kemampuan dan sikap yang diperlukan untuk pemikiran kritis.
2.  Strategi pembelajaran tidak langsung
Yaitu sering disebut inquiri, pemecahan masalah,pengambilan keputusan,dan penemuan,umumnya strategi ini berpusat pada peserta didik. Kelebihan dari strategi ini antara lain: mendorong keterkaitandan keingintahuan peserta didik,menciptakan alternative dan menyelesaikan masalah,mendorong kreativitas dan pengembangan keterampilan,dan pemahaman yang baik. Sedangkan kekurangannya adalah memerlukan waktu yang panjang.
3.  Strategi pembelajaran interaktif
Yaitu menekankan pada diskusi dan sharing diantara peserta didik. Kelebihan strategi ini antara lain: peserta didik dapat belajar dari temennya dan guru untuk membangun keterampilan social, keterampilan dan membangun argument yang rasional. Kekurangan dari strategi ini sangat bergantung pada kecakapan guru dalam menyusun dan mengembangkan dinamika kelompok.

4.      Strategi pembelajaran pengalaman (experiental)
Pembelajaran empirik berorientasi pada kegiatan induktif,berpusat pada peserta didik,dan berbasis aktivitas. Kelebihan dari strategi ini antara lain: meningkatkan partisipasi peserta didik, meningkatkan sifat kritis peserta didik, meningkatkan analisis peserta didik. Sedangkan kekurangan dari strategi ini adalah penekanan hanya proses bukan pada hasil dan membutuhkan waktu yang panjang.

5.       Strategi pembelajaran mandiri
Merupakan strategi pembelajaran yang bertujuan untuk membangun inisiatif individu,kemandirian dan peningkatan diri. Kelebihannya adalah membentuk peserta didik yang mandiri dan bertanggungjawab. Kekurangannya adalah peserta belum dewasa sehingga sulit menggunakan pembelajaran mandiri.

Terdapat 7 pendekatan yang sangat bermanfaat dalam mengembangkan strategi pembelajaran, diantaranya:
a.       bersikap inventif untuk menarik peserta didik
b.      memperlakukan peserta didik seperti orang dewasa
c.       namun kadang-kadang perlakukan mereka seperti anak-anak
d.      salahkan kebijakan
e.       buatlah pembelajaran menjadi nyata
f.       tunjukkan sisi kemanusiaan seorang pengajar
g.      jadilah inspirasi
2.4    Implikasi pada jurusan/program studi pendidikan fisika       
Penerapan teori-teori kecerdasan terhadap bidang studi fisika, akan mempengaruhi kecerdasan yang dimiliki peserta didik. Tentu peserta didik dapat melakukan kegiatan yang efektif yaitu suatu kegiatan yang cepat dan tepat untuk menyelesaikan tugas-tugas dalam pembelajaran, sehingga selain mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik juga dapat mengaktifkan modalitas terbaik untuk menyerap berbagai informasi. Mereka akan memcahkan suatu permasalahan kompleks menjadi sederhana
Berdasarkan hasil penelitian dari universitas lain, penemuan-penemuan yang relatif lebih baru mengenai cara orang belajar berdasarkan teori kecerdasan memiliki landasan ilmiah yang cukup kuat untuk membantu siswa belajar  sesuai dengan ciri kecerdasan terbaik  yang dimilikinya dengan mempertahankan kecerdasan lainnya pada standar minimal.
Banyak yang beranggapan bahwa fisika itu sulit seakan telah tersetting dalam mindset peserta didik maupun masyarakat umum. Bahkan ada salah satu survey yang menyebutkan bahwa fisika berada diurutan no 1 mata pelajaran yang paling tidak disukai. Alasannya,fisika itu sulit untuk dipahami dan terlalu rumit.
Namun nyatanya ada beberapa anak yang senang menggeluti fisika. Terbukti dengan banyak prestasi yang di torehkan anak-anak Indonesia dalam olimpiade fisika.
Melihat kenyataan tersebut, peserta didik mempunyai karakteristik masing-masing, maka pendidik harus kreatif dan inovatif. Hal yang dapat dilakukan oleh pendidik khususnya dalam bidang studi fisika dalam merencanakan kegiatan pembelajaran ialah : (a) pendidik harus mampu menciptakan lingkungan belajar yang dapat mengurangi stress dan member sugesti kuat pada perasaan positif dalam diri peserta didik sehingga mereka dapat “naik tingkat” ke area otak belajar sepenuhnya , (b) memberi peserta didik latihan menghadapi masalah dan latihan mendapatkan informasi yang dapat merangsang mereka berpikir, menghubung-hubungkan , membangun jaringan saraf yang baru dan menciptakan sendiri makna dan nilai yang dapat dijalankan, (c) mengembangkan aspek social pembelajaran dengan cara membiasakan peserta didik bekerjasama dalam tim, (d) mengajak peserta didik beranjak dari tempat duduk mereka dan menediakan kesempatan untuk bergerak dari aktivitas fisik sebagai bagian dari proses belajar, (e) membuang sifat linier dan mengotak-ngotakkan informasi sedapat mungkin dan memberikan konteks dunia nyata sepenuhnya dan menggunakan seluruh indra peserta didik pada berbagai tingkatan berpikir secara simultan.






BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A.                SIMPULAN
Pengintegrasian antara IQ,EQ,SQ serta teori-teori kecerdasan, sangat diperlukan karena kecerdasan intelektual yang tinggi sekalipun perlu didampingi kecerdasan emosional agar dapat mengenali berbagai perasaan positif dan negative,serta mampu melakukan hubungan sosial dan empati terhadap pihak lain. Kecerdasan intelektual dan emosional secara fungsional masih belum memadai jika dihadapkan pada kebutuhan secara bemakna dalam konteks ibadah,karena itu diperlukan kecerdasan spiritual. Untuk merealisasikan ketiga kecerdasan tersebut,dibutuhkanlah suatu strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakter peserta didik.

B.                 SARAN

1.      Perlu adanya pengetahuan lebih dalam mengenai teori dan ragam kecerdasan serta penerapannya dengan dilakukannya pendidikan dan pelatihan, bagi pendidik khususnya pengajar bidang studi fisika
2.      Pendidik harus mempertimbangkan karakteristik peserta didiknya terutama dalam hal gaya belajar sebelum memilih pendekatan pembelajaran yang akan diterapkan









DAFTAR PUSTAKA
Ramadhy,sufyan dan dadi permadi.2001.Bagaimana Mengembangkan Kecerdasan?.Bandung:PT.Sarana Panca Karya Nusa.
Solihatin,etin.2012.Strategi Pembelajaran PPKN.Jakarta:PT.Bumi Aksara.
Musfiroh,tadkiroatun.2009.Pengembangan Kecerdasan Majemuk.Jakarta:Penerbit Universitas Terbuka.
Cowley,sue.2010.Getting the Buggers to Behave.Jakarta:Penerbit Erlangga.
Hadziq,Abdullah.2013.Meta Kecerdasan dan Kesadaran Multikultural.Semarang:RaSAIL Media Group.
Zohar, Danah dan Ian Marshall.2000.Spiritual Intelligence-The Ultimate Intelligence.Great Britain: Bloomsburry.
Dina.2012.Konsep Dasar Strategi Pembelajaran. http://dinady10.blogspot.com








Tidak ada komentar:

Posting Komentar