BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Setiap
anak didunia ini memiliki berbagai kecerdasan dalam tingkat dan indikator yang
berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa semua anak, pada hakikatnya adalah cerdas.
Perbedaan kecerdasan diantara peserta didik tersebut menuntut cara berpikir pendidik yang adil.
Dewasa
ini banyak para pendidik yang kurang perhatian dalam mempelajari perkembangan
kecerdasan peserta didik yang sebenarnya sangat berguna demi kelancaran proses
pembelajaran. Dengan
kurang fahamnya pendidik dengan pola perkembangan kecerdasan peserta didiknya
dikhawatirkan akan terjadi beberapa hambatan bagi peserta didik seperti kurang
memahami materi dalam proses pembelajaran. Pendidik perlu bertanya pada diri
sendiri berkaitan dengan kecerdasan peserta didiknya. Pertanyaan yang dapat
timbul antara lain apakah pendidik telah menggunakan cara berpikir yang benar
saat mengajar peserta didik?
Pendidik yang baik mampu
mendeteksi kecerdasan peserta didik dengan cara mengamati perilaku,
kecenderungan, minat, dan lain-lain. Semua indikator kecerdasan dapat dikenali
yang kemudian dapat dibuat profil kecerdasannya.
Oleh karena itu, dengan adanya
masalah tersebut, dalam makalah ini akan diuraikan mengenai konsep dan ragam
kecerdasan serta strategi pembelajaran
yang memfasilitasi perkembangan kecerdasan peserta didik.
1.2
Rumusan
masalah
1. Menjelaskan
konsep dan ragam kecerdasan (IQ,EQ,SQ) ?
2. Apa
saja strategi pembelajaran untuk meningkatkan kecerdasan peserta didik ?
3. Bagaimana
implikasi perkembangan kecerdasan peserta didik dengan bidang studi fisika?
1.3
Tujuan
penulisan
Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui
konsep dan ragam kecerdasan (IQ,EQ,SQ)
2. Mengetahui
strategi pembelajaran untuk meningkatkan kecerdasan anak didik
3. Mengetahui
dan mempelajari implikasi kecerdasan dengan bidang studi fisika
1.4
Sistematika
Penulisan
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar
Belakang Masalah
1.2 Rumusan
Masalah
1.3 Tujuan
Penulisan
1.4 Sistematika
Penulisan
Bab II Pembahasan
Bab III Kesimpulan dan Saran
3.1
Kesimpulan
3.2
Saran
Daftar Pustaka
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Kecerdasan
Apa itu kecerdasan?
Kecerdasan berasal dari kata dasar
“cerdas” yang menurut kamus besar bahasa Indonesia yang memiliki arti “sempurna
perkembangan akal budinya (untuk berpikir,mengerti,dan lain sebagainya).
Di ibaratkan si otong dalam dunia
pendidikan lebih di fokuskan dalam pembelajaran akademik, tetapi dalam
lingkungannya ia lebih cenderung menutup diri. Sedangkan si mamat juga focus
dalam pembelajaran akademik,tetapi ia juga aktif dalam organisasi dan
lingkungan social masyarakatnya,serta dalam bidang olahraga. Prestasi akademik
mereka sama, tetapi dalam interaksi sosialnya si mamat lebih baik, sehingga ia
diberi tanggungjawab untuk mengetuai suatu organisasi.
Dalam ilustrasi di atas, kita dapat
jelaskan bahwa kecerdasan itu bukan hanya dari belajar tetapi juga dalam
hal-hal lain seperti lingkungan,cara berinteraksi,dan lainnya.
Menurut Thomas alfa Edison “
genious=1% inspiration, but 99% is perspiration (seorang yang jenius adalah 1%
inspirasi tetapi 99% dicapai melalui
usaha)”. Dari ungkapan tersebut,jika seseorang ingin mencapai kesuksesan ia
tidak hanya memiliki impian (tujuan) tetapi juga ia harus berusaha.
Kecerdasan merupakan salah satu
aspek terpenting dalam pembelajaran dan kehidupan. Tanpa adanya kecerdasan kita
akan sulit mencapai apa yang kita inginkan.
Berkaitan dengan berbagai jenis
kecerdasan,seorang psikolog howard gardner menunjukkan bahwa ada 8 jenis
kecerdasan yang kemudian menghasilkan teori tentang multiple intellegences atau
kecerdasan majemuk. Kedelapan jenis kecerdasan itu adalah :
1.
Kecerdasan
verbal-linguistik
Gardner
mengemukakan bahwa kecerdasan linguistik adalah kemampuan menggunakan bahasa
untuk menyatakan gagasan tentang dirinya dan memahami orang lain serta untuk
mempelajari kata-kata baru atau bahasa lain.
Sedangkan
Armstrong memerinci lebih lanjut bahwa kecerdasan linguistik meliputi kemampuan
menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun secara tertulis.
Lazear
yang mengemukakan bahwa kecerdasan linguistik berkaitan dengan puisi, cerita
(dongeng) dan pembuatannya, humor dan bermain kata, termasuk juga metapora,
peribahasa dan analogi termasuk juga belajar tata bahasa dan sintak secara
lisan maupun tulisan.
Lazim
dijumpai pada:
Novelis,
penyair, penulis iklan, sutradara film, penulis naskah, politisi, editor,
pembawa acara, pelawak, jurnalis, pidato, orator, dai dan lain-lain
Ciri
yang menonjol:
Sensitive
terhadap pola, teratur ,sistematis, mampu beragumentasi, suka membaca, suka
mendengarkan, suka bermain kata, punya ingatan tajam dalam hal-hal sepele,
pembicara publik, jago debat dan suka menulis.
Cara mudah dalam belajar:
Bercerita,
permainan kosa kata, wawancara,padukan menulis dan
membaca,debat,diskusi,gunakan tulisan jurnal,buat edit majalah
dinding,permainan ingatan.
2.
Kecerdasan
matematis-logis
Gardner
mengemukakan bahwa kecerdasan logika matematis adalah kemampuan untuk memahami
dasar-dasar operasional yang berhubungan dengan angka dan prinsip-prinsip serta
kepekaan melihat pola dan hubungan sebab akibat serta pengaruh.
Armstrong
mengemukakan kecerdasan logika matematis berkenaan dengan kemampuan menggunakan
angka dengan baik dan melakukan penalaran yang benar.
Lazim
dijumpai pada:
Ahli
matematika, fisika, kimia, ilmuwan, detektif, polisi, pengacara, akuntan dan lain sebagainya.
Ciri
yang menonjol:
Suka
berpikir abstrak,kecermatan dan ketetapan menjadi hal utama,suka
berhitung,menggunakan struktur logis,suka memecahkan masalah,dan mencatat
secara teratur.
Cara
mudah belajar:
Melakukan
permainan berhitung,analisis dan interpretasikan data,menggunakan
logika,menggunakan predisi,memadukan matematika dengan mata pelajaran lain,dan
menyelesaikan segala sesuatu secara bertahap.
3.
Kecerdasan
visual-spasial
Gardner
menyatakan bahwa kecerdasan spasial adalah kemampuan untuk membentuk suatu
gambaran mental tentang tata ruang atau menghadirkan dunia mengenai ruang
secara internal di dalam pikirannya (mind).
Lazear
mengemukakan bahwa kecerdasan spasial berkenaan dengan daya imajinasi yang
ditunjukkan dalam bentuk lamunan (khayalan) .
Umumnya
dimiliki oleh:
Arsitek,
pelukis, pemahat, navigator-pilot, naturalis, fisikawan, tentara, desainer,
ahli strategi perang dan sebagainya.
Ciri
yang menonjol:
Berpikir
dengan gambar, melukis, memahat, membaca peta, melihat warna dan menghasilkan
citra mental.
Cara
mudah dalam belajar:
Gunakan
gambar,buat coretan dan symbol,sediakan media gambar,padukan seni dengan mata
pelajaran lain,gunakan peta pikiran, lakukan visualisasi, belajar melalui
video, buat poster, berpindah-pindah ruangan untuk mendapatkan perspektif dan
tandai dengan warna.
4.
Kecerdasan ritmik-musical
Kecerdasan musical didefinisikan
sebagai kemampuan menanggani bentuk-bentuk musical.
Lazim
di jumpai pada:
Pemain
sansiwara, konduktor, pembuat instrument music dan lain sebagainya.
Ciri
yang menonjol:
Sensitive
terhadap nada, irama, kekuatan emosi musik, dan susunan musik yang rumit.
Cara
mudah dalam belajar:
Bermain
alat music, belajar lewat lagu,belajar diiringi music, mengarang atau
menciptakan lagu dan lain sebagainya.
5.
Kecerdasan kinestetik
Kecerdasan
kinestetik didefinisikan sebagai kemapuan menggunakan seluruh tubuh(fisik)
untuk mengekspresikan ide dan perasaan (dalam bentuk
berpantomim,menari,berolahraga) dan keteranpilan menggunakan tangan untuk
menciptakan atau mengubah sesuatu (membuat kerajinan,membuat patung,menjahit).
Kecerdasan kinestetik berarti belajar serta berpikir dengan tubuh. Kecerdasan
ditunjukkan dengan ketangkasan tubuh dalam memahami perintah otak.
Biasanya
ditemukan pada:
Penari, aktor, atlet,
ahli bedah dan olahragawan.
Ciri
yang menonjol:
Memiliki
daya control tubuh yang luar biasa,respon yang terlatih,mahir dalam kerajinan
tangan, belajar efektif dengan bergerak,belajar dengan melibatkan diri dalam
proses belajar dan refleks yang sempurna.
Cara
mudah dalam belajar:
Gunakan
latihan fisik yang menggunakan diri sendiri sebagai objek,gunakan model dalam
proses belajar seperti mesin,lego,kerajinan tangan,dan origami,serta reflex
yang sempurna.
6.
Kecerdasan
interpersonal
Kecerdasan
interpersonal didefinisikan sebagai kemampuan mempersepsi dan membedakan
suasana hati, maksud, motivasi, serta perasaan orang lain, serta kemampuan
memberikan respon secara tepat terhadap suasana hati,temperamen,motivasi,dan
keinginan orang lain. Dengan kemampuannya,anak yang cerdas interpersonal dapat
merasakan apa yang dirasakan orang lain,menagkap maksud dan motivasi orang lain
bertindak sesuatu (bahkan yang tidak dikatakan),serta mampu memberikan
tanggapan yang tepat sehingga orang lain merasa nyaman.
Biasanya
ditemukan pada:
Politisi,
guru, dokter, penasihat, publik relasi, orang yang senang bergaul.
Ciri
yang menonjol:
Kemampuan
negosiasi yang tinggi,mahir dalam berhubungan dengan orang lain,mampu membaca
perasaan dan keinginan orang lain,suka bekerja sama,memiliki jaringan
persahabatan yang banyak,dan mampu membaca situasi sosial dengan baik.
Cara
mudah dalam belajar:
Lakukan
aktivitas belajar bersama, gunakan keterampilan berhubungan dan komunikasi,
belajar dalam tim dan jadikan proses belajar yang mengasikan.
7.
Kecerdasan
intrapersonal
Kecerdasan
intrapersonal dapat didefinisikan sebagai kemampuan memahami diri sendiri dan
bertindak berdasarkan pemahaman tersebut.kecerdasan intrapersonal merupakan
akses menuju kehidupan emosional seseorangdan kemampuan membedakan
emosi,pengetahuan akan kekuatan dan kelemahannya sendiri.
Biasanya
ditemukan pada:
Filsuf, penasihat,
orang tua yang bijak dan lain sebagainya.
Ciri
yang menonjol:
Sadar
diri, sensitive terhadap nilai diri, tujuan hidup,perasaan diri, memiliki
kemampuan pengendalian diri yang baik, motivasi diri yang baik dan sadar akan
kekuatan dan kelemahan diri.
Cara
mudah dalam belajar:
Lakukan
pembelajaran dari hati ke hati, beri waktu untuk refleksi diri, ajarkan
bertanya, ajarkan penguasaan diri, diskusikan dan refleksikan apa yang dialami
dan dirasakan.
8.
Kecerdasan
intuitif-natural
Kecerdasan
naturalis didefinisikan sebagai keahlian mengenali dan mengkategorikan
spesies,baik flora dan fauna,di lingkungan sekitar,dan kemampuan mengolah dan
memanfaatkan alam,serta melestarikannya.
Lazim
ditemukan pada:
Pengusaha,
pialang bursa saham dan lain sebagainya.
Ciri
yang menonjol;
Suka
spontanitas, senang mencoba segala sesuatu, pengambil resiko, dapat
menguntungkan banyak orang dan lain sebagainya.
Cara
mudah belajar:
Belajar
diluar kelas, belajar sambil bepergian ke suatu tempat, belajar praktis dan
menantang.
2.2 Ragam Kecerdasan
2.2.1 Kecerdasan Intelektual ( IQ )
Kecerdasan Intelektual adalah jenis
kecerdasan yang mampu bekerja mengukur kecepatan, mengukur hal-hal yang baru,
menyimpan dan meingat kembali informasi objektif serta berperan aktif dalam
menghitung angka dan lain sebagainya.
Kecerdasan intelektual biasanya
diasumsikan sebagai kemampuan yang terkait dengan pengetahuan di sekolah,
karena itu seseorang yang kurang beruntung memperoleh pendidikan disekolah bisa
jadi memperoleh skor IQ yang rendah. Padahal bisa jadi yang berpendidkan rendah
memiliki IQ yang lebih tinggi disbanding dengan yang berpendidikan lebih
tinggi.
Ukuran tinggi rendahnya IQ, menurut
Sukmadinata dapat diketahui melalui skor hasil tes IQ sebagai berikut :
a. 140
– keatas = jenius ( 0,25%)
b. 130
– 139 = sangat cerdas ( 0,75% )
c. 120
– 129 = cerdas ( 6,00% )
d. 110
– 119 = diatas normal (13,00%)
e. 90
– 109 = normal ( 60% )
f. 80
– 89 = dibawah normal ( 13,00% )
g. 70
– 79 = bodoh ( 6,00% )
Menurut pandangan tertentu, konsep
tentang IQ ini hanya berkisar pada kecakapan linguistik dan matematika yang
sempit. Pandangan tentang pengukuran IQ juga dianggap sebagai salah satu ukuran
terpenting dalam menentukan kemungkinan sukses seseorang, ternyata belum tentu
sukses dan belum tentu hidup bahagia.
Orang yang ber IQ tinggi tetapi
karena emosinya tidak stabil, maka seringkali keliru dalam menentukan dan
mememecahkan persoalan hidup karena tidak dapat konsentrasi. Sebagai akibatnya
mereka mengalami kegagalan
2.2.2 Kecerdasan Emosional ( EQ )
Kecerdasan emosional merupakan
kemapuan memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi,
mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana
hati dan menjaga beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir dan
berempati.
Menurut pandangan Salovey, seperti
yang dilansir oleh Goleman, bahwa didalam kecerdasan emosional terdapat wilayah
utama:
1) Pengenalan
perasaan diri
2) Pengelolaan
emosi diri
3) Memotivasi
diri
4) Empati
5) Sosial
skill
2.2.3 Kecerdasan Spiritual ( SQ )
Kecerdasan spiritual dapat dimaknai
sebagai kemampuan hati nurani yang lebih bermakna disbanding dengan semua jenis
kecerdasan yang ain, karena kecerdasan spiritual ini merupakan kemampuan
menempatkan segala perilaku dan hidup dalam konteks kebermaknaan yang lebih
luas.
SQ tidak mesti berhubungan dengan
agama. Bagi sebagian orang SQ mungkin menemukan cara pengungkapan melalui agama
formal, tetapi beragama tidak menjamin SQ tinggi. Banyak orang yang humanis dan
atheis memiliki SQ sangat tinggi; sebaliknya, banyak orang yang aktif beragama
memiliki SQ sangat rendah. Beberapa penelitian oleh psikolog Gordon Allport,
lima puluh tahun silam, menunjukkan bahwa orang memeliki pengalaman keagamaan
lebih banyak diluar batas-batas arus utama lembaga keagamaan daripada
didalamnya.
Pengintegrasian ketiga kecerdasan
tersebut disebut meta kecerdasan. Meta kecerdasan ini amat diperlukan,karena
kecerdasan intelektual yang tinggi sekalipun dianggap penting,belum tentu
sukses dan bahagia dalam hidupnya. Oleh karena itu,diperlukan kecerdasan
emosional yang dapat mengenali berbagai persaan yang positif (menyenangkan) dan
negative (tidak menyenangkan),mengubah suatu perasaan negative menjadi
positif,serta mampu melakukan hubungan sosialdan empati terhadap pihak lain.
Kecerdasan intelektual dan
emosional tersebut,secara fungsional masih belum memadai jika dihadapkan pada
kebutuhan untuk hidup secara bermakna dalam konteks ibadah. Karena
itu,diperlukan bantuan kecerdasan spiritual sebagai landasan dan pemberian
makna spiritual bagi pemikiran,perasaan dan perilaku manusia.
Pengintegrasian kecerdasan
intelektual,emosial,dan spiritual pada prinsipnya mengikuti pola tawaf alam
semesta,dengan meletakkan spiritual
quotient sebagai pusat orbit,sedangkan emotional
quotient dan intelligence quotient
bergerak mengelilinginya.
2.3. Strategi pembelajaran
2.3.1 Pengertian
strategi pembelajaran
Dick dan Carey mengatakan,
“Strategi pembelajaran adalah komponen umum dari suatu set materi dan prosedur
pembelajaran yang akan digunakan secara bersama-sama.” Terdapat 5 komponen
strategi pembelajaran yakni (1) kegiatan pembelajaran pendahuluan, (2)
penyampaian informasi, (3) partisipasi peserta didik, (4) tes, (5) kegiatan
lanjutan.
2.3.2 Klasifikasi strategi pembelajaran
1.
Strategi pembelajaran langsung
Yaitu pembelajaran yang banyak
diarahkan oleh guru. Kelebihannya adalah mudah untuk direncanakan dan digunakan
sedangkan kelemahannya dalam mengembangkan kemampuan dan sikap yang diperlukan
untuk pemikiran kritis.
2.
Strategi pembelajaran tidak langsung
Yaitu sering disebut inquiri,
pemecahan masalah,pengambilan keputusan,dan penemuan,umumnya strategi ini
berpusat pada peserta didik. Kelebihan dari strategi ini antara lain: mendorong
keterkaitandan keingintahuan peserta didik,menciptakan alternative dan
menyelesaikan masalah,mendorong kreativitas dan pengembangan keterampilan,dan
pemahaman yang baik. Sedangkan kekurangannya adalah memerlukan waktu yang
panjang.
3.
Strategi pembelajaran interaktif
Yaitu
menekankan pada diskusi dan sharing diantara peserta didik. Kelebihan strategi
ini antara lain: peserta didik dapat belajar dari temennya dan guru untuk
membangun keterampilan social, keterampilan dan membangun argument yang
rasional. Kekurangan dari strategi ini sangat bergantung pada kecakapan guru
dalam menyusun dan mengembangkan dinamika kelompok.
4. Strategi
pembelajaran pengalaman (experiental)
Pembelajaran
empirik berorientasi pada kegiatan induktif,berpusat pada peserta didik,dan
berbasis aktivitas. Kelebihan dari strategi ini antara lain: meningkatkan
partisipasi peserta didik, meningkatkan sifat kritis peserta didik,
meningkatkan analisis peserta didik. Sedangkan kekurangan dari strategi ini
adalah penekanan hanya proses bukan pada hasil dan membutuhkan waktu yang
panjang.
5. Strategi pembelajaran mandiri
Merupakan
strategi pembelajaran yang bertujuan untuk membangun inisiatif
individu,kemandirian dan peningkatan diri. Kelebihannya adalah membentuk
peserta didik yang mandiri dan bertanggungjawab. Kekurangannya adalah peserta
belum dewasa sehingga sulit menggunakan pembelajaran mandiri.
Terdapat
7 pendekatan yang sangat bermanfaat dalam mengembangkan strategi pembelajaran, diantaranya:
a. bersikap
inventif untuk menarik peserta didik
b. memperlakukan
peserta didik seperti orang dewasa
c. namun
kadang-kadang perlakukan mereka seperti anak-anak
d. salahkan
kebijakan
e. buatlah
pembelajaran menjadi nyata
f. tunjukkan
sisi kemanusiaan seorang pengajar
g. jadilah
inspirasi
2.4 Implikasi
pada jurusan/program studi pendidikan fisika
Penerapan
teori-teori kecerdasan terhadap bidang studi fisika, akan mempengaruhi kecerdasan
yang dimiliki peserta didik. Tentu peserta didik dapat melakukan kegiatan yang
efektif yaitu suatu kegiatan yang cepat dan tepat untuk menyelesaikan
tugas-tugas dalam pembelajaran, sehingga selain mampu meningkatkan hasil
belajar peserta didik juga dapat mengaktifkan modalitas terbaik untuk menyerap
berbagai informasi. Mereka akan memcahkan suatu permasalahan kompleks menjadi
sederhana
Berdasarkan
hasil penelitian dari universitas lain, penemuan-penemuan yang relatif lebih
baru mengenai cara orang belajar berdasarkan teori kecerdasan memiliki landasan
ilmiah yang cukup kuat untuk membantu siswa belajar sesuai dengan ciri kecerdasan terbaik yang dimilikinya dengan mempertahankan kecerdasan
lainnya pada standar minimal.
Banyak yang
beranggapan bahwa fisika itu sulit seakan telah tersetting dalam mindset
peserta didik maupun masyarakat umum. Bahkan ada salah satu survey yang
menyebutkan bahwa fisika berada diurutan no 1 mata pelajaran yang paling tidak
disukai. Alasannya,fisika itu sulit untuk dipahami dan terlalu rumit.
Namun nyatanya
ada beberapa anak yang senang menggeluti fisika. Terbukti dengan banyak
prestasi yang di torehkan anak-anak Indonesia dalam olimpiade fisika.
Melihat kenyataan
tersebut, peserta didik mempunyai karakteristik masing-masing, maka pendidik
harus kreatif dan inovatif. Hal yang dapat dilakukan oleh pendidik khususnya
dalam bidang studi fisika dalam merencanakan kegiatan pembelajaran ialah : (a)
pendidik harus mampu menciptakan lingkungan belajar yang dapat mengurangi
stress dan member sugesti kuat pada perasaan positif dalam diri peserta didik
sehingga mereka dapat “naik tingkat” ke area otak belajar sepenuhnya , (b)
memberi peserta didik latihan menghadapi masalah dan latihan mendapatkan
informasi yang dapat merangsang mereka berpikir, menghubung-hubungkan ,
membangun jaringan saraf yang baru dan menciptakan sendiri makna dan nilai yang
dapat dijalankan, (c) mengembangkan aspek social pembelajaran dengan cara
membiasakan peserta didik bekerjasama dalam tim, (d) mengajak peserta didik
beranjak dari tempat duduk mereka dan menediakan kesempatan untuk bergerak dari
aktivitas fisik sebagai bagian dari proses belajar, (e) membuang sifat linier
dan mengotak-ngotakkan informasi sedapat mungkin dan memberikan konteks dunia
nyata sepenuhnya dan menggunakan seluruh indra peserta didik pada berbagai
tingkatan berpikir secara simultan.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A.
SIMPULAN
Pengintegrasian antara IQ,EQ,SQ serta
teori-teori kecerdasan, sangat diperlukan karena kecerdasan intelektual yang
tinggi sekalipun perlu didampingi kecerdasan emosional agar dapat mengenali
berbagai perasaan positif dan negative,serta mampu melakukan hubungan sosial
dan empati terhadap pihak lain. Kecerdasan intelektual dan emosional secara
fungsional masih belum memadai jika dihadapkan pada kebutuhan secara bemakna
dalam konteks ibadah,karena itu diperlukan kecerdasan spiritual. Untuk
merealisasikan ketiga kecerdasan tersebut,dibutuhkanlah suatu strategi
pembelajaran yang sesuai dengan karakter peserta didik.
B.
SARAN
1. Perlu
adanya pengetahuan lebih dalam mengenai teori dan ragam kecerdasan serta
penerapannya dengan dilakukannya pendidikan dan pelatihan, bagi pendidik
khususnya pengajar bidang studi fisika
2. Pendidik
harus mempertimbangkan karakteristik peserta didiknya terutama dalam hal gaya
belajar sebelum memilih pendekatan pembelajaran yang akan diterapkan
DAFTAR PUSTAKA
Ramadhy,sufyan
dan dadi permadi.2001.Bagaimana
Mengembangkan Kecerdasan?.Bandung:PT.Sarana Panca Karya Nusa.
Solihatin,etin.2012.Strategi Pembelajaran PPKN.Jakarta:PT.Bumi
Aksara.
Musfiroh,tadkiroatun.2009.Pengembangan Kecerdasan Majemuk.Jakarta:Penerbit
Universitas Terbuka.
Cowley,sue.2010.Getting the Buggers to Behave.Jakarta:Penerbit
Erlangga.
Hadziq,Abdullah.2013.Meta Kecerdasan dan Kesadaran Multikultural.Semarang:RaSAIL
Media Group.
Zohar, Danah dan
Ian Marshall.2000.Spiritual
Intelligence-The Ultimate Intelligence.Great Britain: Bloomsburry.
Dina.2012.Konsep Dasar Strategi Pembelajaran. http://dinady10.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar