BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Untuk
anak-anak yang lahir pada era 90-an tentu masih ingat dengan lagu-lagu yang
penuh dengan kecerian, seperti lagu libur telah tiba, di obok-obok, bolo-bolo,
bintang kecil, bintang kejora, kelinciku, naik-naik ke puncak gunung, si
kancil, cilukba dan masih banyak lagu-lagu lainnya. Lagu-lagu tersebut
dibawakan oleh penyanyi-penyanyi cilik dengan penuh semangat, karena liriknya
yang masih ringan untuk dibawakan oleh seorang anak. Lagu-lagu yang semangat,
ceria, dan penuh tawa tersebut dapat membentuk perilaku dan karakter anak yang
baik. Namun anak- anak zaman sekarang
ini seperti kehilangan jiwa anak-anaknya. Anak-anak
pada zaman sekarang sudah tidak mengenal lagu anak-anak yang sesuai dengan usianya.
Dalam
sebuah jurnal yang berjudul Pesan Moral Prososial
Dan Antisosial Dalam Video Klip Lagu Anak-Anak Indonesia Tahun 1990-2013 oleh Ike Meliana mengemukakan bahwa alur
perkembangan lagu anak dimulai pada tahun 1970 yang merupakan tahun mulainya
bermunculan lagu anak-anak. Mengingat sejarah lagu anak-anak Indonesia dimulai
pada tahun 70-an dimana tema lagu yang diusung oleh penyanyi cilik era 70
mencakup cerita yang sangat dekat dengan dunia anak sehingga muncul beberapa
penyanyi cilik Indonesia pada era 70-an yang menyanyikan cerita yang dekat
dengan dunia anak (Meliana, 2014). Pada
tahun 1980-an penyanyi cilik dan lagu anak-anak sempat mengalami penurunan.
Namun pada tahun 1990-an banyak penyanyi cilik dan kelompok penyanyi cilik yang
bermunculan kembali sehingga pada tahun tersebut dapat dikatakan sebagai tahun
kelahiran kembali lagu anak-anak. Pada era tersebut, lagu anak-anak banyak
menyampaikan pesan moral, hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Meliana
dalam penelitiannya bahwa pesan moral prososial pada lagu anak-anak tahun
1990-1999 adalah memuji, menasehati dan dermawan (Meliana, 2014). Selanjutnya Pada tahun 2000-an hingga 2010-an,
keberadaan lagu anak-anak dan penyanyi cilik semakin menurun (Purwanto, 2013). Kemudian pada akhir tahun 2011, boy dan girl band anak-anak
mulai bermunculan di tanah air semenjak industri musik tanah air diwarnai
kemunculan boys dan girls band. Fenomena tersebut rupanya menular
pada anak-anak. Pasca tenggelamnya grup vokal cilik seperti Trio Kwek-kwek di dunia anak-anak seolah-olah kehilangan penyemangat dalam
musik.
Dengan berkembangnya boys dan girls band, dunia anak-anak
menjadi sepi dari lagu-lagu yang sesuai untuk
seusianya (Meliana, 2014). Sayang sekali, dunia musik saat ini sangat tidak
mendukung perkembangan anak Indonesia. Lirik-lirik lagu dewasa yang vulgar
seolah menjadi andalan untuk dapat mendongkrak penjualan yang anehnya tetap
mendapat respon dari masyarakat (Kusumawati dan
Esti, 2012). Hal ini menyebabkan anak-anak zaman sekarang lebih
banyak menyanyikan lagu orang dewasa yang bertema cinta, perselingkuhkan, sakit
hati, kegalauan yang lebih tepat hanya dibawakan untuk orang dewasa. Sehingga
psikologis anak mengalami perkembangan yang tidak sewajarnya. Padahal
lagu anak-anak memiliki manfaat untuk
perkembangan anak seperti yang diungkapkan oleh Kusumawati dan esti yaitu sebagai berikut:
1) Melatih motorik kasar
2) Membentuk rasa percaya diri anak
3) Menemukan bakat anak
4) Melatih kognitif dan perkembangan bahasa anak
Selain itu jika anak sering menyanyikan lagu orang dewasa
akan mempengaruhi tahap perkembangan sesuai usianya, sesuai teori Jean Piaget (Syamsuddin, 2009). Dalam teorinya, terdapat 4 tahap perkembangan psikologi anak, yaitu :
a)
Tahap Sensori Motor
(usia 0-2 tahun).
b)
Tahap Pra
operasional (usia 2 -7 / 8 tahun)
c)
Tahap Opersional
Konkret (usia 7/8-11/12 tahun)
d) Tahap Operasional Formal (usia 11/12-18 tahun)
Dengan
kondisi tersebut, masyarakat saat ini memang menyadari akan hilangnya lagu
anak-anak Indonesia. Sehingga acara di televisi pun berlomba-lomba mengadakan ajang
pencarian penyanyi cilik untuk melahirkan kembali penyanyi cilik yang
membawakan lagu anak-anak. Pada tahun 2004 muncul acara yang mewadahi anak-anak
yang berbakat dalam bidang seni (tarik suara, memainkan alat musik, dan menari)
di stasiun televisi Indosiar dengan judul acara AFI Junior 1 (Rido, 2011),
kemudian diikuti kemunculan ajang pencarian bakat dalam bidang menyanyi yang
diadakan oleh stasiun televisi RCTI di Indonesia, yaitu Idola Cilik yang
pertama kali diselenggarakan tahun 2008 sampai memasuki musim keempatnya di
tahun 2012 (Chimyy, 2013). Acara tersebut menampilkan anak-anak yang sebagian
besar menyanyikan lagu yang bertemakan dewasa contohnya pada tanggal 6 Desember
2012 di acara Idola Cilik di RCTI, salah satu kontestannya yang bernama Fatah,
membawakan lagu yang berjudul „Untuk Kita Renungkan‟ yang dipopulerkan oleh
Ebiet G. Ade, hal ini disebabkan adanya pandangan bahwa lagu anak saat ini
dianggap kurang komersil (Widiarso, 2013). Akibatnya, anak-anak terpaksa
mengkonsumsi lagu bertemakan orang dewasa.Terbukti,
kenyataannya di dalam ajang tersebut peserta anak
malah menyanyikan lagu orang dewasa dengan segala kerumitan teknik vokal, ekspresi, dan
kriteria lainnya yang membebankan anak tersebut. Sehingga harapan untuk
melahirkan lagu anak-anak yang populer seperti dulu tidak terwujud. Di
samping itu, dalam hal ini muncul permasalahan
baru mengenai tanggapan dan keterlibatan bakat anak dibawah umur dalam keikutsertaan anak dalam ajang pencarian
bakat. Dalam penelitian mengenai Bentuk Eksploitasi dalam Ajang Pencarian Bakat
Pada Anak Beberapa pakar ahli anak mengungkapkan
bahwa ajang pencarian bakat dapat
menimbulkan beberapa tindak eksploitasi baik
secara sadar ataupun tidak. Orang tua dan masyarakat menganggap bahwa ajang pencarian bakat merupakan wadah penyalur wadah yang
tepat, tanpa melihat akibat yang ditimbulkan
karena kurang kesadaran dan pemahaman membentukan
prilaku anak. Salah satu bentuk eksploitasi
dalam ajang pencarian bakat pada anak yaitu eksploitasi emosi anak. Semua tindakan merendahkan atau meremehkan anak dan suka membanding-bandingkan,
selanjutnya konsep diri anak terganggu, anak
merasa tidak berharga untuk dicintai dan
dikasihi, dan beberapa hal mengenai pembentukan karakter yang diterima oleh anak akibat perhatian ataupun
periakuan tidak sesuai dengan pertumbuhannya
(Masta, 2016).
Dari fenomena tersebut, penulis merasa prihatin
akan kondisi anak-anak pada masa kini dan pada masa yang akan datang. Sebetulnya sudah ada Gerakan
yang dilakukan oleh komunitas “Marinyanyi” dapat dikatakan
sebagai sebuah kegiatan pemasaran sosial. Misi dari komunitas Marinyanyi adalah
sebagai pendukung dan fasilitator sarana penyedia lagu-lagu anak bagi orang
tua. Komunitas Marinyanyi
menyiapkan upaya pelestarian (preservasi dan konservasi) lagu anak secara
online yang melibatkan dan membangun kepedulian masyarakat untuk ikut bersama-sama
melestarikan lagu anak. Komunitas
Marinyanyi justru menggunakan media baru (Internet) untuk menyimpan,
mendistribusikan (menyebarluaskan) dan menginformasikan lagu-lagu anak. Komunitas Marinyanyi terdiri dari sekelompok
anak muda yang memiliki keahlian di beberapa bidang profesi yang berbeda,
namun memiliki kepedulian yang sama terhadap dunia anak. Setelah diskusi dua
tahun silam, akhirnya 21 Desember 2011 Marinyanyi meluncurkan sebuah situs download
gratis lagu anak. Hal ini mereka lakukan karena didasari satu kekuatiran
yang sama terhadap kenyataan minimnya lagu anak saat ini. Maka agar orangtua
mempunyai lebih banyak referensi dalam berinteraksi sambil belajar bersama buah
hatinya, komunitas Marinyanyi memproduksi lagu anak baru dan berbagai tools
of education for parenting (Renda, 2012).
Maka dari itu berdasarkan
masalah yang terjadi di lapangan, dengan cara yang berbeda, muncul
ide atau solusi untuk
melestarikan kembali lagu anak-anak yang memberikan keceriaan dan semangat.
Maka dibuatlah PKM M ini,
yang diharapkan dapat melestarikan
kembali lagu anak-anak melalui sarana permainan ular tangga yang lebih menyenangkan, yaitu dengan
Permainan UTANG LANDAK (Ular Tangga
untuk melestarikan Lagu Anak-Anak dengan penuh Keceriaan). Permainan UTANG LANDAK berbeda dengan permainan ular
tangga pada umumnya, biasanya permainan ular tangga berukuran kecil dan
menggunakan bidak untuk memainkannya. Sedangkan pada UTANG LANDAK, anak yang
berperan langsung sebagai bidak untuk memainkan permainan ular tangga pada
papan yang besar dengan ukuran 3x4 m. Selain itu, pada setiap kotak terdapat
lagu yang harus dinyanyikan oleh anak. Melalui permainan UTANG LANDAK ini, lagu
anak-anak menjadi hidup kembali dalam dunia anak.
1.2 Perumusan Masalah
a.
Bagaimana
perkembangan lagu anak-anak pada zaman sekarang?
b.
Bagaimana pengaruh
lagu dewasa terhadap psikologis anak?
c.
Bagimana upaya
untuk melestarikan lagu anak-anak?
d.
Bagaimana
lagu anak dapat mengoptimalkan perkembangan psikologis anak?
1.3 Tujuan
a. Mempopulerkan kembali lagu anak-anak
b. Mengembalikan jati diri anak sesuai usianya
c. Menjadikan mahasiswa memiliki rasa tanggungjawab serta
berperan aktif terhadap kehidupan masyarakat
1.4 Luaran yang diharapkan
a. Dengan kembalinya lagu anak-anak, psikologi anak-anak berkembang sesuai usianya
b.
Produk
set permainan Utang Landak
c.
Memberikan
kesempatan kepada mahasiswa dan masyarakat untuk bersosialisasi.
BAB 2
GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SASARAN
Lokasi
tempat kegiatan berada di kampung Sagobog RT 01 RW 01 desa Cibalanarik
kecamatan Tanjungjaya kabupaten Tasikmalaya. Sasaran untuk dilaksanakannya upaya pelestarian lagu
anak-anak yaitu dengan pendekatan kepada anak-anak di lingkungan tersebut.
Masyarakat di sana telah menyadari akan pentingnya pendidikan sehingga mereka
memberikan pendidikan kepada anak-anak mereka mulai dari usia dini sampai
pendidikan tinggi. Akan tetapi, dengan kemajuan teknologi dan informasi yang
sangat pesat memudahkan anak-anak mengetahui lagu-lagu dewasa yang sangat
populer pada saat ini. Dengan adanya pengaruh lagu-lagu dewasa, mengakibatkan
lagu anak-anak semakin terlupakan.
Tanpa
disadari, perkembangan lagu-lagu dewasa ini mempengaruhi perilaku anak di
daerah tersebut. Karena secara tidak langsung, anak menyerap isi dari lagu
dewasa tersebut. Seperti di daerah sana sudah banyak anak-anak yang tahu
tentang cinta, patah hati, selingkuh, pacaran dan lain-lain. Perilaku anak-anak
tentu tidak lepas juga dari pengawasan orang tua, karena orang tua di daerah
tersebut tidak sedikit yang acuh terhadap perkembangan anak-anaknya. Hal ini
disebabkan oleh latar belakang orangtua itu sendiri, karena tingkat pengetahuan
orang tua tentang perkembangan anak masih kurang, serta orang tua di daerah
tersebut banyak yang menikah di usia muda. Pernikahan di usia muda berpengaruh
pada pola asuh untuk membentuk kepribadian anak yang baik. Anak- anak di daerah
ini juga sudah jarang memainkan permainan ular tangga, mereka lebih senang
memainkan permainan yang ada di gadget. Melalui perbincangan dengan masyarakat
desa cibalanarik, maka tempat tersebut memenuhi kriteria :
1.
Anak-anak di daerah
tersebut tidak mengetahui bahwa banyak
sekali lagu anak-anak yang sangat populer pada tahun 2000
2.
Anak-anak di daerah
tersebut lebih sering menyanyikan lagu-lagu dewasa yang sedang populer pada
saat ini
3.
Pada acara-acara
perlombaan menyanyi, anak-anak
menyanyikan lagu-lagu dewasa
4.
Di daerah tersebut
belum ada tokoh masyarakat yang peduli untuk melestarikan lagu anak-anak
Dari kriteria
tersebut memungkinkan untuk melaksanakan
permainan UTANG LANDAK di Sagobog RT 01 RW 01 desa Cibalanarik kecamatan
Tanjungjaya kabupaten Tasikmalaya sebagai upaya untuk melestarikan kembali lagu
anak-anak melalui satu permainan ular tangga.
BAB 3
METODE
PELAKSANAAN
1.
Survei
Pada tahap pertama melakukan survei untuk mendapatkan
informasi tentang lokasi dan aspek lain di wilayah sasaran
2.
Persiapan Sarana
dan Prasarana
Tahap ini merupakan tahap untuk mempersiapkan sarana
dan prasarana yang akan digunakan pada
kegiatan ini. Persiapannya yaitu:
a. Merancang desain permainan Ular tangga untuk
melestraikan lagu anak-anak
4 m
|
a. Papan ular tangga
|
c. dvd plalyer dan speaker
|
20 cm
|
b. dadu
|
Gambar 3.1 Set
permainan UTANG LANDAK
b.
Memilih lokasi yang
akan kami gunakan untuk kegiatan
Lokasi yang dipilih
untuk melaksanakan kegiatan ini adalah kampung Sagobog RT 01 RW 01 desa
Cibalanarik kecamatan Tanjungjaya kabupaten Tasikmalaya.
c.
Membuat alat permainan ular tangga sesuai rancangan
Dengan adanya
desain yang sudah dirancang, untuk membuat permainan ular tangga melibatkan
jasa percetakan dengan ukuran papan ular tangga 3x4 m2.
3.
Sosialisai pada
wali murid dan masyarakat luar
Penulis
bekerjasama dengan TK Pertiwi Sagobog
untuk melaksanakan sosialisasi tentang permainan UTANG LANDAK.
4.
Mengajak serta
mengumpulkan anak-anak untuk memainkan permainan UTANG LANDAK
Anak-anak
diajak dan dikumpulkan di halaman untuk memainkan UTANG LANDAK
5.
Pengarahan dan
petunjuk permainan
Sebelum
melakukan permainan, anak-anak diberi pengarahan dan petunjuk memainkan UTANG
LANDAK.
6.
Melakukan permainan
UTANG LANDAK
Anak-anak
melakukan permainan UTANG LANDAK sampai permainan selesai
7.
Evaluasi
Setelah
kegiatan ini dilaksanakan dalam jangka waktu 3 bulan, penulis melakukan
evaluasi terhadap anak-anak, orang tua dan masyarakat sekitar tentang tanggapan
maupun dampak pada anak setelah diadakannya kegiatan ini.
BAB 4
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1
Anggaran Biaya
No
|
Jenis Pengeluaran
|
Biaya (Rp)
|
1
|
Peralatan Penunjang
|
Rp 4.330.000
|
2
|
Bahan Habis Pakai
|
Rp 210.000
|
3
|
Perjalanan + Konsumsi
|
Rp 6.402.500
|
4
|
Lain-lain: Publikasi, reward, laporan
|
Rp 500.000
|
TOTAL
|
Rp 11.477.500
|
4.2
Jadwal Kegiatan
No
|
Uraian
Kegiatan
|
Waktu
|
|||||||||||
Bulan ke-1
|
Bulan ke-2
|
Bulan ke-3
|
|||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1.
|
Perizinan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
|
Pendekatan
dengan wali murid
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3.
|
Sosialisasi tentang Permainan UTANG LANDAK kepada wali
murid dan masyarakat luar
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4.
|
Pengenalan Permainan UTANG LANDAK kepapa anak-anak
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5.
|
Bermain UTANG LANDAK bersama anak-anak
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6.
|
Mengkaji dampak yang ditimbulkan setelah anak bermain
UTANG LANDAK
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7.
|
Mempublikasikan hasil dari dampak yang ditimbulkan
permainan UTANG LANDAK
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Daftar Pustaka
Bhakticaksa, Renda. 2012. Komunikasi Pemasaran Sosial www.Marinyanyi.Com dalam Sosialisasi Lagu Anak (Studi Kualitatif Terhadap Perencanaan
Komunikasi Pemasaran Sosial Situs Www.Marinyanyi.Com Oleh Komunitas Marinyanyi). http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/31641264/JURNAL_RENDA_BHAKTICAKSA_0911223109.pdf. 05 November 2016
Kusumawati, H dan Esti .
Agustus 2012. “Pelatihan Penulisan Lagu Anak untuk Guru-Guru Tk sebagai Media Mitigasi Bencana di
Yogyakarta”. Volume
16, Nomor 2. http://journal.uny.ac.id/index.php/inotek/article/download/3382/2867.
05 November 2016. 05 November
2016.
Masta, C. 2016. Bentuk
Eksploitasi dalam Ajang Pencarian
Bakat pada Anak (Survei
dilakukan pada orang tua yang melibatkan anak dalam ajang pencarian bakat di
Mall Simpur Center Bandar Lampung). Skripsi. FISIP, Sosiologi, Universitas Lampung.
Meliana,Ike. 2013. “Pesan Moral Prososial dan
Antisosial dalam Video Klip Lagu Anak-Anak Inonesia Tahun 1990-2013”. Vol 2, no 1. http://studentjournal.petra.ac.id/index.php/ilmu
komunikasi/article/download/1755/1605. 05 November 2016.
Syamsuddin, Abin. 2009.
Psikologi Kependidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Utami, Tri Wahyu. 2012. Komunitas Mari Nyanyi:
Mengobati Krisis Lagu Anak, Tersedia
di
http://www.harianjogja.com/baca/2012/05/13/komunitas-mari-nyanyi-mengobati-krisis-lagu-anak-185359,
diakses tanggal 8 Oktober 2012 pukul 9:01 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar